Sejenak yang lalu, masyarakat dihebohkan oleh kabar seorang pendidik yang menggadaikan aset sekolahnya akibat ketagihan judi online.
Kejadian ini bukan sekadar sorotan, tetapi juga mencoreng citra pendidikan di Indonesia. Namun, peristiwa ini juga menyoroti isu yang lebih luas, yakni penyebaran perjudian online yang semakin mewabah di berbagai kalangan, tak memandang kelas sosial, usia, atau latar belakang.
Versi ini menjelaskan, semua orang tergoda untuk menghabiskan uang dalam perjudian online yang kurang bijak. Pertanyaannya kini adalah, Bagaimana peran pendidikan dalam menangani masalah ini?
Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), sejak tahun 2018 hingga Mei 2022, mereka telah memblokir akses ke 499.465 konten perjudian online di berbagai platform digital.
Angka ini belum mencakup data-data dari tahun 2023 dan konten-konten yang masih belum terdeteksi oleh Kominfo.
Angka yang mengkhawatirkan ini membayangka seberapa besar dampak perjudian online ini terhadap masyarakat. Ditambah lagi, iklan perjudian online semakin merajalela di media sosial.
Kita juga sering mendengar cerita tragis tentang orang yang kehilangan harta berharga akibat perjudian. Namun, yang lebih memprihatinkan adalah ketika pemuda pelajar terjerumus dalam perjudian online.
Inilah sebuah masalah yang harus menjadi perhatian bersama, baik dari lembaga pendidikan maupun keluarga. Melindungi anak-anak dari pengaruh buruk perjudian memerlukan upaya ekstra, mengingat cepatnya penyebaran dan ketersediaannya yang sangat mudah.
Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah generasi muda terjerumus dalam kecanduan judi online:
1. Memberikan Pemahaman Tentang Bahaya Judi:
Penting bagi anak-anak untuk memahami alasan mengapa perjudian online adalah perilaku yang tidak bijak.
Mereka harus menyadari bahwa perjudian online adalah jalan menuju destruksi diri. Pendekatan ini bisa melibatkan aspek moral, dengan menjelaskan bahwa perjudian adalah perbuatan dosa yang merusak diri sendiri dan berpotensi merugikan orang lain.
Disamping itu, sisi rasional juga perlu dijelaskan, yaitu fakta bahwa dalam perjudian, umumnya bandar yang selalu untung, dan kebanyakan orang akan merugi.
Penting untuk menghindari stigmatisasi negatif yang mungkin melekat pada pecandu judi, sambil tetap menekankan bahayanya.
2. Menyadarkan Dampak Buruk:
Anak-anak perlu memahami konsekuensi nyata dari perjudian. Judi online dapat menyebabkan kecanduan, yang sering kali mengarah pada kehilangan kendali dan tindakan kriminal seperti mencuri atau merampok.
Mereka juga harus memahami konsep sunk cost fallacy, yaitu terus-menerus menghabiskan uang pada sesuatu yang tidak memberikan manfaat.
Hal ini dapat mendorong mereka untuk lebih berhati-hati sebelum terlibat dalam perjudian.
3. Kampanye Kesadaran:
Penting untuk mengkampanyekan kesadaran tentang bahaya perjudian online kepada masyarakat secara luas. Kampanye semacam ini harus mengingatkan orang tentang risiko perjudian online, termasuk konsekuensi buruknya.
Guru dan orang tua harus menjadi contoh yang baik dengan menghindari keterlibatan dalam perjudian, baik secara online maupun offline.
Selain itu, perlu ada sanksi bagi siapa pun yang terlibat dalam perjudian di lingkungan sekolah.
Kehadiran mereka yang berjudi dapat memicu rasa ingin tahu orang lain, oleh karena itu, tindakan pencegahan harus diambil dengan serius.
Kita semua memiliki peran dalam melawan wabah perjudian online ini. Pendidikan dan kesadaran adalah kunci untuk mencegah generasi muda dari kecanduan perjudian yang merusak.
Mari bersama-sama menjaga anak-anak kita dan memastikan mereka terhindar dari bahaya perjudian online ini.